PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN
Ali Basyah
Materi 5 :
Menganalisis Proses Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa
A.
Tujuan
Kegiatan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari modul ini
siswa diharapkan mampu memahami:
1. Proses Kerja Prototype
2. Bentuk Prototype
3. Proses Pembuatan Prototype
4. Alat Perancangan Sistem
B.
Uraian
Materi
Sebagai bentuk dasar
produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama seperti jenis
produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya
ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja sesuai desain
yang diinginkan dan apakah produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Prototipe
seperti ini disebut alphaprototype ada juga yang
disebut beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai
oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit dengan proses akhir
ditujukan untuk menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji untuk
menemukan perubahan yang perlu pada produk final.
1.
Proses
Kerja Prototype
a. Pendefinisian produk: merupakan
penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku
konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan aspek hukum
yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
b. Working model: dibuat tidak harus
mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat pada skala yang
seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan menemukan
hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga
dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe
rekayasa.
c. Prototipe rekayasa (engineering
prototype): dibuat seperti halnyaworking model namun mengalami
perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun
mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe
produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan produksi.
d. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk
keperluan pengujian kinerja operasional dan kebutuhan rancangan sistem
produksi.
e. Prototipe produksi (production
prototype): bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk
menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan
dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.
f.
Qualified
production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan
diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi
segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk
tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.
g. Untuk mematangkan produk yang hendak
diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat
ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung
jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear), pelanggaran,
siklus break even dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan peningkatan
program pemasaran.
h. Model: merupakan alat peraga yang
mirip produk yang akan dibangun (look–like–models). Secara jelas menggambarkan
bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau
diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan
produk maupun lingkungan user.
i.
Prototipe
adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan sampai
menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden akan
menyamakannya dengan produk akhir.
2.
Bentuk
Prototype
Berdasarkan karakteristiknya prototipe
sebuah sistem dapat berupa low fidelity dan high fidelity. Fidelity mengacu
kepada tingkat kerincian sebuah sistem (Walker et al, 2003). Low fidelity
prototype tidak terlalu rinci menggambarkan sistem. Karakteristik dari low
fidelity prototype adalah mempunyai fungsi atau interaksi yang terbatas, lebih
menggambarkan kosep perancangan dan layout dibandingkan dengan model interaksi,
tidak memperlihatkan secara rinci operasional sistem, mendemostrasikan secara
umum feel and look dari antarmuka pengguna dan hanya menggambarkan konsep
pendekatan secara umum (Walker et al, 2003).
Prototipe ini mempunyai interaksi
penuh dengan pengguna dimana pengguna dapat memasukkan data dan berinteraksi
dengan dengan sistem, mewakili fungsi-fungsi inti sehingga dapat mensimulasikan
sebagian besar fungsi dari sistem akhir dan mempunyai penampilan yang sangat
mirip dengan produk sebenarnya (Walker et al, 2003).
Fitur yang akan diimplementasikan pada
prototipe sistem dapat dibatasi dengan teknik vertikal atau horizontal.
Vertical prototype mengandung fungsi yang detail tetapi hanya untuk beberapa
fitur terpilih, tidak pada keseluruhan fitur sistem. Horizontal prototype
mencakup seluruh fitur antarmuka pengguna namun tanpa fungsi pokok hanya berupa
simulasi dan belum dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya
(Walker et al, 2003).
3.
Proses
Pembuatan Prototype
Proses pembuatan prototipe merupakan proses yang interaktif
dan berulang-ulang yang menggabungkan langkah-langkah siklus pengembangan
tradisional. Prototipe dievaluasi beberapa kali sebelum pemakai akhir
menyatakan protipe tersebut diterima. Gambar di bawah ini mengilustrasikan
proses pembuatan prototipe :
Langkah-Langkah
Prototyping
a. Analisis Kebutuhan Sistem
Pembangunan sistem informasi memerlukan penyelidikan dan
analisis mengenai alasan timbulnya ide atau gagasan untuk membangun dan
mengembangkan sistem informasi. Analisis dilakukan untuk melihat berbagai
komponen yang dipakai sistem yang sedang berjalan meliputi hardware, software,
jaringan dan sumber daya manusia.
Analisis juga mendokumentasikan aktivitas sistem informasi
meliputi input, pemrosesan, output, penyimpanan dan pengendalian (O'Brien,
2005). Selanjutnya melakukan studi kelayakan (feasibility study) untuk
merumuskan informasi yang dibutuhkan pemakai akhir, kebutuhan sumber daya,
biaya, manfaat dan kelayakan proyek yang diusulkan (Mulyanto, 2009).
Analisis kebutuhan sistem sebagai bagian dari studi awal
bertujuan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan spesifik sistem. Kebutuhan
spesifik sistem adalah spesifikasi mengenai hal-hal yang akan dilakukan sistem
ketika diimplementasikan (Mulyanto, 2009).
Analisis kebutuhan sistem harus mendefinisikan kebutuhan
sistem yang spesifik antara lain :
1) Masukan yang diperlukan sistem (input)
2) Keluaran yang dihasilkan (output)
3) Operasi-operasi yang dilakukan (proses)
4) Sumber data yang ditangani
5) Pengendalian (kontrol)
Spesifikasi Kebutuhan Sistem
Tahap analisis kebutuhan sistem memerlukan evaluasi untuk
mengetahui kemampuan sistem dengan mendefinisikan apa yang seharusnya dapat
dilakukan oleh sistem tersebut kemudian menentukan kriteria yang harus dipenuhi
sistem.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi adalah pencapaian
tujuan, kecepatan, biaya, kualitas informasi yang dihasilkan, efisiensi dan
produktivitas, ketelitian dan validitas dan kehandalan atau reliabilitas
(Mulyanto, 2009).
b. Desain Sistem
Analisis sistem (system analysis) mendeskripsikan apa yang
harus dilakukan sistem untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
Desain sistem (system
design) menentukan bagaimana sistem akan memenuhi tujuan tersebut. Desain
sistem terdiri dari aktivitas desain yang menghasilkan spesifikasi fungsional.
Desain sistem dapat dipandang sebagai desain interface, data
dan proses dengan tujuan menghasilkan spesifikasi yang sesuai dengan produk dan
metode interface pemakai, struktur database serta pemrosesan dan prosedur
pengendalian (Ioanna et al., 2007).
Desain sistem akan menghasilkan paket software prototipe,
produk yang baik sebaiknya mencakup tujuh bagian :
1) Fitur menu yang cepat dan mudah.
2) Tampilan input dan output.
3) Laporan yang mudah dicetak.
4) Data dictionary yang menyimpan informasi pada setiap field termasuk panjang
field, pengeditan dalam setiap laporan dan format field yang digunakan.
5) Database dengan format dan kunci record
yang optimal.
6) Menampilkan query online secara tepat
ke data yang tersimpan pada database.
7) Struktur yang sederhana dengan bahasa
pemrograman yang mengizinkan pemakai melakukan pemrosesan khusus, waktu kejadian,
prosedur otomatis dan lain-lain.
c. Pengujian Sistem
Paket software prototipe diuji, diimplementasikan,
dievaluasi dan dimodifikasi berulang-ulang hingga dapat diterima pemakainya
(O'Brien, 2005). Pengujian sistem bertujuan menemukan kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada sistem dan melakukan revisi sistem.
Tahap ini penting untuk memastikan bahwa sistem bebas dari
kesalahan (Mulyanto, 2009).
Menurut Sommerville (2001) pengujian sistem terdiri dari :
1)
Pengujian unit untuk menguji komponen individual secara
independen tanpa komponen sistem yang lain untuk menjamin sistem operasi yang
benar.
2)
Pengujian modul yang terdiri dari komponen yang saling
berhubungan.
3)
Pengujian sub sistem yang terdiri dari beberapa modul yang
telah diintegrasikan.
4)
Pengujian sistem untuk menemukan kesalahan yang diakibatkan
dari interaksi antara subsistem dengan interfacenya serta memvalidasi
persyaratan fungsional dan non fungsional.
5)
Pengujian penerimaan dengan data yang dientry oleh pemakai
dan bukan uji data simulasi.
6)
Dokumentasi berupa pencatatan terhadap setiap langkah
pekerjaan dari awal sampai akhir pembuatan program.
Pengujian sistem informasi berbasis web dapat menggunakan
teknik dan metode pengujian perangkat lunak tradisional. Pengujian aplikasi web
meliputi pengujian tautan, pengujian browser, pengujian usabilitas, pengujian
muatan, tegangan dan pengujian malar
(Simarmata, 2009).
Penerimaan pengguna (user) terhadap sistem dapat dievaluasi
dengan mengukur kepuasan user terhadap sistem yang diujikan. Pengukuran
kepuasan meliputi tampilan sistem, kesesuaian dengan kebutuhan user, kecepatan
dan ketepatan sistem untuk menghasilkan informasi yang diinginkan user. Ada
beberapa model pengukuran kepuasan user terhadap sistem, diantaranya adalah
Technology Acceptance Model (TAM), End User Computing (EUC) Satisfaction, Task
Technology Fit (TTF) Analysis dan Human
Organizational Technology (HOT) Fit Model.
Salah satu model pengukuran yang telah diterjemahkan ke
dalam beberapa bahasa berbeda dan tidak menunjukkan perbedaan hasil pengukuran
yang signifikan adalah End User Computing (EUC) Satisfaction. Model ini
menekankan kepuasan user terhadap aspek teknologi meliputi aspek isi,
keakuratan, format, waktu dan kemudahan penggunaan sistem (Chin & Mathew,
2000).
d. Implementasi
Setelah prototipe diterima maka pada tahap ini merupakan
implementasi sistem yang siap dioperasikan dan selanjutnya terjadi proses
pembelajaran terhadap sistem baru dan membandingkannya dengan sistem lama,
evaluasi secara teknis dan operasional serta
interaksi pengguna, sistem dan teknologi informasi.
4.
Alat
Perancangan Sistem
Perancangan sistem membutuhkan peralatan berupa alat alat
perancangan proses dan alat perancangan
data. Alat perancangan proses terdiri dari diagram aliran data dan diagram arus
sistem. Sedangkan alat perancangan data terdiri dari diagram relasi entitas
(entity relationship) dan kamus data (data dictionary).
a. Diagram Aliran Data
Diagram aliran data (data flow diagram/DFD) adalah sebuah
alat dokumentasi grafik yang menggunakan simbol-simbol untuk menjelaskan sebuah
proses. Diagram ini menunjukkan aliran proses seluruh sistem kepada pemakai dan
dapat diatur detailnya sesuai dengan kemampuan pemahaman pemakai.
DFD terdiri dari tiga elemen yaitu lingkungan, pemrosesan,
aliran data dan penyimpanan data. Salah satu keuntungan menggunakan DFD adalah
memudahkan pemakai yang kurang menguasai bidang komputer untuk mengerti sistem
yang sedang akan dikerjakan (Ladjamudin, 2005).
b. Diagram Arus Sistem
Diagram arus sistem (Sistem Flow chart) adalah peralatan
yang digunakan untuk menggambarkan proses sistem secara rinci untuk
menggambarkan aliran sistem informasi dan diagram arus sistem untuk
menggambarkan aliran program (Ladjamudin, 2005).
c. Diagram Relasi Entitas
Diagram relasi entitas menunjukkan antar entitas satu dengan
yang lain dan bentuk hubungannya sehingga data tergabung dalam satu kesatuan
yang terintegrasi (Ladjamudin, 2005).
d. Kamus Data
Kamus data adalah penjelasan tertulis lengkap dari data yang
diisikan ke dalam database (Ladjamudin, 2005).
C.
Petunjuk
Praktikum
1.
Judul
: Menganalisis Proses Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa
2.
Tugas
Masalah
a.
Melakukan
analisis urutan pembuatan prototype barang/jasa yang sudah ditemukan pada
praktikum sebelumnya (Materi 4).
b.
Melakukan
temuan baru dengan penambahan komponen baru atau fungsi baru sehingga
barang/jasa yang dianalisis memiliki beda dengan barang sebelumnya.
3.
Prinsip
Teori
a.
Pembuatan
Prototype Produk Barang dapat menggunakan print 3D atau desain software 3D.
b.
Pada
pembuatan produk Jasa bisa menggunakan model Sketup atau Morkup, story board,
atau rancangan media.
4.
Kegiatan
Praktikum
a.
Siswa
yang memiliki ide membuat prototype produk barang, lakukan rancangan proses
kerja berupa proposal pembuatan
prototype tersebut.
b.
Siswa
yang memiliki ide membuat prototype produk jasa, lakukan rancangan proses kerja
pelayanan jasa tersebut.
c.
Siswa
yang memiliki ide membuat prototype berupa software atau kerja produk
computer/multimedia, lakukan pembuatan rancangan proses kerja
antarmuka/storyboard dan scenario.
5.
Pembimbingan:
konsultasikan semua perencanaan dengan guru pembimbing masing masing
6. Diakhir praktikum dilakukan test
Berikut video tentang materi ini.
2 Comments
infonya sangat bermanfaat bagi ane
ReplyDeleteobeng set
Prediksi Togel Mekong 10 Agustus 2020 Gabung sekarang dan Menangkan Hingga Ratusan Juta Rupiah !!!
ReplyDelete